07 September 2017

Catatan kecil dihari lahir SM3T ke 6




Alhamdulillahirobbil Alamin…
Allah SWT berikan saya kesempatan dan rezeki menjadi bagian dari keluarga besar Masyarakat SM3T Indonesia (MSI), organisasi yang berisikan para alumni SM3T yang sudah mengabdi di pelosok negeri, ditambah mendalami ilmu keguruan dengan duduk di bangku PPG (Program Profesi Guru) selama setahun.
LPTK Universitas Riau menugaskan saya di pegunungan Papua, tepatnya di Kabupaten Jayawijaya atau yang biasa dikenal di TV dan berita dengan Lembah Baliem. Jika ditanya, bagaimana perasaan saya menjadi guru disana selama setahun? Jawaban singkatnya bisa saya jabarkan dalam 3 huruf.
W-O-W!

Ya, menjadi guru di Lembah Baliem adalah pengalaman terbaik yang pernah saya lakoni diseperempat abad umur saya. Pengalaman yang akan terus saya kenang  dan bagikan kepada orang-orang di sekitar saya. Pengalaman yang tak akan pernah habisnya jika saya ceritakan. Saya pun tidak akan pernah lelah dan bosan untuk menjawab rasa penarasan orang-orang yang bertanya tentang kondisi di Lembah Baliem dan duku Dani yang unik, tentu saja sebatas pengetahuan saya.

Menjadi guru SM3T seperti titik balik karir saya dalam menjadi guru. (cie ileh, pake karir segala) SM3T banyak memberikan manfaat bagi banyak orang, terutama saya sendiri.  Niat awal yang hanya ingin bertamasya menjelajah pelosok negeri, langsung berganti ketika melihat kondisi pendidikan di Distrik Asotipo, tempat saya mengabdi. Sekolah, anak-anak, masyarakat bahkan kampung yang diapit lembah itu bisa merubah pola pikir saya, merubah niat saya untuk semata-mata mengabdi dan memajukan sekolah ketika sampai di lokasi yang bersuhu rata-rata 16-20 derajat perhari itu. 

Berkat menjalani Program SM3T, Saya menjadi pribadi yang lebih bersyukur, tidak manja, bisa bertahan di kondisi sulit dan lebih mandiri. SM3T berhasil menempah saya menjadi lebih kuat, lebih bersemangat dalam mendidik. Tanpa kelas, tanpa modul, namun saya sadari bahwa SM3T mengajarkan saya menjadi guru yang sebenarnya guru. 

Sepulang dari perjalanan pengabdian SM3T, saya pun kembali ditempa di Program Profesi Guru yang benar-benar menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran saya untuk bisa lulus dari PPG UNIMED. Kami bukan hanya dicekoki dengan materi perkuliahan, tapi juga dididik menjadi guru professional yang serba bisa. Dari memimpin upacara, menjadi Pembina pramuka, olahraga, menari, menyanyi, sampai pendalaman ilmu agama. Program PPG berasrama ini benar-benar membawa manfaat besar dalam mempersiapkan diri menjadi guru professional. Salah satu oleh-oleh dari PPG yang sangat saya banggakan hingga kini adalah skill berenang saya yang cukup meningkat, dari yang takut air, takut menyelam. Sampai tahap bisa berenang 10 meter dan sudah ketagihan dengan kegiatan snorkeling. Skill itu saya dapat dari latihan berenang yang di adakan pada jam ekstrakulikuler PPG UNIMED. Terimakasih PPG UNIMED, terimakasih para pelatih dan terimakasih kolam renang kampus. Hehehe



Banyak lagi perubahan yang saya rasakan ketika menjadi keluarga besar SM3T. bertambahnya teman dan kerabat dari  Aceh sampai Papua juga merupakan anugerah dari hasil berkegiatan di SM3T. semua kota se Indonesia terasa dekat. Terasa memungkinkan untuk dikunjungi suatu waktu, tersebab di setiap kota ada alumni SM3T.

Bercerita mengenai SM3T memang tak ada habisnya, seperti halnya tagline alumni #takberhentimengabdi. Jiwa pengabdian masih membara di dada kami. Berbagai kegiatan digelar di daerah domisili Alumni. Dari kegiatan Berbagi buku ke sekolah-sekolah yang membutuhkan, sampai MeAn (Mengedukasi Anak negeri)  yang sudah dilaksanakan di berbagai kabupaten dan Kota se Indonesia. Alumni SM3T tidak pernah kehabisan cara untuk tetap berkontribusi pada Pendidikan di Pedalaman Indonesia.

Liputan kegiatan alumni bisa di lihat di web di bawah ini:
Momentum Hari Lahir SM3T ini juga bersamaan dengan berangkatnya para GGD (Guru Garis Depan) ke berbagai pelosok dan pedalaman di Indonesia. Para GGD yang merupakan alumni SM3T itu akan mengabdikan dirinya sebagai PNS di daerah yang bahkan nama kota/kabupaten tersebut tidak terdeteksi di google maps. Kota dan kabupaten yang selama ini tertinggal karena akses yang jauh, tidak tersedianya fasilitas dan berbagai kekurangan lainnya, akan di satroni oleh para alumni SM3T yang kini sudah berlabel GGD. Selamat kepada mereka. #angkattopi

Semoga hari lahir SM3T ke 7 di tahun 2018 nanti,  juga dibarengi dengan momentum berangkatnya kami, para potensi GGD 3, ke daerah pengabdian masing-masing. Amin Amin Ya Robbal Alamin. 

Sekian,
Salam Takzim,

Haritsah Salim, S.Pd.,Gr

12 komentar:

  1. mantaaap ya kaaak. keren nih SM3T tak berhenti mengabdii. semangat terus kakaaaak.

    Amiiin. slamat mengabdi kakaak ditahun 2018 nnti. sukses selalu

    BalasHapus
  2. mantaaap ya kaaak. keren nih SM3T tak berhenti mengabdii. semangat terus kakaaaak.

    Amiiin. slamat mengabdi kakaak ditahun 2018 nnti. sukses selalu

    BalasHapus
  3. Saya sebenernya mulai bertanya-tanya sama generasi jaman sekarang yg bekerja untuk memperkaya diri semata. Walau saya ngga memungkiri materi juga penting, tapi saya ngga suka sama orang yg mengabaikan kewajibannya untuk bekerja dengan sepenuh hati. Contohnya beberapa kasus yg saya baca ketika guru jaman sekarang mulai menganggap mengajar adalah sekedar pekerjaan yang kewajibannya telah gugur ketika dia menyampaikan materi di kelas, tanpa peduli bahwa kita bukan hanya berkewajiban mengajarkan ilmu pengetahuan tapi juga nilai moral dan tata krama. Suka banget ngeliat tulisan begini, adem deh bacanya. Semoga seterusnya tetap berfikiran seperti ini dan menjadi guru yg baik bagi murid-muridnya. :)

    BalasHapus
  4. HAI RISAH!!

    Alhamdulillah ya program ini menjadikan kamu pribadi yang lebih kuat, lebih baik dan lebih agamis. Hihihi..gue bayanginnya aja juga pasti seru banget. Coba dulu gue bisa ikutan Indonesia Mengajar begitu ya..pasti gue juga bisa punya banyak pengalaman hidup tak terlupakan dari situ.

    BalasHapus
  5. Hai Kak Risah, jadi guru adalah cita2 saya dari dulu. Dan semakin terpupuk ketika menonton film laskar pelangi. Sampai melihat kakak2 angkatan yg mendaftar SM3T, profesi guru di pelosok adalah impian saya.

    Tp tentu saja itu nggak gampang. Apalagi mengingat orangtua saya yg agaknya kurang menyetujui hal itu. Berbagai macam bahaya, ketakutan dan rintangan membuat mereka jadi parno. Padahal saya mah seneng2 aja. Apalagi setelah nonton teacher's diary.

    Semacam saya nggak masalah kalo harus hidup jadi guru di ujung wilayah negara sekalipun.

    Begitu membaca post ini, yg pertama saya pikirkan, bukankah di sana ada konflik? Apa tidak apa apa, kak?
    Bagaimana keadaan sekolah, fasilitas penginapan dll? Saya begitu ingin tau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. WAH.... kalo nggak diizinkan orangtua, berarti kurang brainwash nya tuh.. hahaha
      aku juga dulu awalnya nggak diizinkan. tapi aku bujuk dengan berbagai macam cara. dari bikin proposal, nunjukin foto2 alumni, sampai prospek ke depannya.

      kalau untuk fasilitas, penginapan dll. baca aja postinganku di blgo ini dengan label SM3T. udah pernah ku ceritain semuanya :)
      .
      happy reading :D

      Hapus
  6. Sesuatu yg tidak kita duga kadang memberi sesuatu. Seperti saya, waktu pergi kemah di Lanud, awalnya tidak tertarik. Saat acara selesai, jadi rindu. Ada sesuatu yg tidak ingin kita tinggalkan~

    BalasHapus
    Balasan
    1. WAAAAHHHH... Rahul.. udah lama ga baca komen dari kamu (apa aku nya yg udah lama gak ngeblog :D )
      .
      yahh begitulaahh rahul..

      Hapus
  7. Risaaahh...aku padamulah. Telat baca blognya.

    SM3T ya? Semakin aku berusaha melupakan saat2 itu, semakin besar ingatan itu kembali. SM3T adalah sesuatu.

    BalasHapus
  8. iya bener banget kakk..... susah move on banget...
    mungkin yg liat socmed kita pun udah bosan yaaa liat post kita tentang papua mulu :D

    BalasHapus

setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)