17 Januari 2015

Gelas-gelas Kosong

1/17/2015 05:02:00 AM 3 Comments

Berat rasanya kembali ke tempat pengabdian setelah sebulan lebih liburan di kota. Rasa malas mulai menggeluti jiwa, bosan dan masih ingin menikmati hidup di kota. Masih belum siap mental menghadapi dinginnya Hitigima, masih belum sanggup mandi dan mencuci di kali yang airnya seperti batu es. Masih belum rela meninggalkan kota dengan segala keramaian dan hirup pikuknya dan mengganti dengan Hitigima yang sepi melompong.

Untunglah ketika kembali ke Hitigima ada teman dari UNESA  yang mau berkunjung ke posko ku. Jadi agak semangat pulang ke posko. Secara jarang ada yang datang ke Hitigima, jadi kalau ada tamu senengnya bukan main. Selain bikin rame, juga ada yang bikin semangat masak. Biasanya kalo cuma berdua doang kami malas banget masak. Muehehe. Sebelumnya si Marrio ini juga sudah pernah berkunjung ke beberapa posko teman2 lain. Cerita dari tempat tugasnya juga pernah aku post di postingan “Di Papua Ada Paman Yang TegaMembakar Tangan Keponakannya!.”

Kali ini mau mau ceritan keadaan sekolah dan siswaku setelah satu bulan libur sekolah. Keadaan mereka sangat menggenaskan! Jauh dari perkiraanku. Yang aku bayangkan ketika sampai di sekolah adalah mengolah nilai dan membagikan raport semester  1 dengah kehebohan yang sama seperti layaknya sekolah yang bagi raport tiap semester. Tapi kenyataannya, sampai saat ini (seminggu setelah liburan) belum ada penampakan raport murid. Entah dimana letaknya.  Beberapa guru yang aku tanya hanya menggeleng sambil menaikkan sebelah bahunya pertanda tidak tau. Kepala sekolah juga ketika di tanya jawabnya berputar-putar sampe ke merauke (saking jauhnya). Guru-guru juga tidak ada yang keliatan batang hidungnya. Hanya aku dan Hotma, serta Kepala Sekolah yang sibuk di rumahnya.

05 Januari 2015

Habema, Danau tertinggi di Indonesia

1/05/2015 09:14:00 AM 0 Comments
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga kaki kami menginjak danau Hebema. Danau dengan ketinggian 3220 mdpl. Dengan ketinggian ini, danau ini di daulat menjadi danau tertinggi di Indonesia. Dan 36 Orang Guru SM3T Jayawijaya sudah pernah menaikinya. Wow..
 
Perjalanan ini bermula dari pertemuan kami secara resmi dengan bupati jawawijaya. Setelah membicarakan mengenai program-program SM3T, kami mengajak Bupati untuk jalan-jalan bersama guru-guru SM3T. tiada disangka pak Wempi Wetipo sebagai bupati itu sangatlah humble dengan masyarakat dan langsung mengatur jadwal keberangkatan menuju danau habema diliburan Natal dan Tahun baru. Bahkan beliau yang menyiapkan 8 mobil gunung untuk menjelajahi gunung dan perbukitan menuju danau habema. Yeaaayy.. makasih bapak.. 

karena masih 2 bulan di Papua, aku belum tau apa-apa soal ini. berikut sekilas tentang Danau Habema yang aku culik dari triptrus.com


Danau Habema memang bisa dikatakan sebagai danau di atas. Walapun lokasinya di kaki Gunung Trikora, Kabupaten Jayawijaya, Papua, danau ini merupakan salah satu danau tertinggi di Indonesia. Terletak di ketinggian lebih dari 3.300 meter di atas permukaan laut, oleh Masyarakat Dani, penduduk Jayawijaya, danau itu dianggap sebagai tempat keramat yang jadi sumber kesuburan dan kehidupan

Sekedar harapan dan target di tahun 2015

1/05/2015 03:57:00 AM 4 Comments

Kayaknya nggak afdol ya kalo tahun baru nggak bikin resolusi.. biar ada target dan biar lebih gaol.. aku mau ikutan bikin resolusi juga. Resolusi tahun ini agak beda dari tahun-tahun sebelumnya. Karena sekarang aku live ini papua. yang pasti gaya hidup yang nggak pernah terbayangkan sebelumnya deh…   karena tahun 2015, aku buat resolusinya juga 15 biji aja. Here is my resolution in 2015.

1. Memberantas buta aksara di SD YPPGI Hitigima
Di sekolahku ini, tepatnya di Distrik Asotipo. Kabupaten Jayawijaya. Provinsi Papua, emang parah banget kemampuan muridnya. Bayangkan aja kelas VI ada yang belum bisa baca bahkan belum hafal huruf. Padahal tiap hari datang ke sekolah. Ngapain aja coba tu anak, udah makan bangku sekolahan 5 tahun tapi belum bisa baca. Kelas rendah jangan di tanya. Calistungnya parah juga. Kelas III rata-rata tidak tau berapa 10-6. Jadi aku harus ngajar mereka dari awal lagi. Berbagai usaha dan cara udah kami kerahkan. Salah satunya les pulang sekolah dan les malam. Tapi sampai saat ini progres nya masih lambat banget. Apa yang d ajarin hari ini dia bisa, tapi besok lupa lagi kayak gelas es cendol yang kesenggol. Isinya kosong. Minta doanya sebelum kontrak SM3T ini berakhir, nggak ada lagi anak yang nggak bisa baca di SD YPPGI Hitigima. Amin ya Rabb

Natal dan Tahun Baru Di Wamena

1/05/2015 03:31:00 AM 2 Comments

            Seumur-umur, 12 tahun di Pekanbaru, 4 tahun di Jakarta, 4 tahun di Kampar, dan 4 tahun di Pekanbaru.. aku belum pernah ngerayain  yang namanya tahun baru. Biasanya temen-temen yang lain kalau tahun baru pasti jalan-jalan ke luar rumah, nongkrong-nongkrong di tepi jalan menunggu jam 12.00. atau kalau di Pekanbaru yang terkenal jadi pusat nongkrong kalau tahun baru itu adalah kawasan purna MTQ. Biasanya bakal macet parah, kalau udah pergi kesana pasti pulangnya bisa-bisa subuh.

Ada juga kebiasaan bakar ayam dan kumpul-kumpul di depan rumah. Menghindari gilanya macet di malam pergantian tahun.  Biasanya sekeluarga ngumpul bareng tetangga-tetangga juga untuk ngumpul-ngumpul di halaman rumah. tapi Cuma segelintir keluarga yang ikutan rempong di akhir tahun. Kebanyakan memilih nonton tv dirumah. Atau yang paling ngenes, langsung tidur.

Beda banget sama di Wamena, Kab. Jayawijaya, Papua. Tempat aku nghabiskan liburan natal dan tahun baru yang hampir sebulan.  Selama liburan aku keliling posko teman-teman di distrik asotipo dan asolokobal, selain untuk merasakan bagaimana posko mereka, juga untuk menghemat biaya hidup. Karna makannya nebeng. Hahaha…

Bosen di kampung, kami pun merantau ke kota. Ada beberapa kenalan buat di jadikan tempat nginap. Salah satunya di rumah Pak Rais. Seorang polisi asal Ambon yang punya istri orang makassar. Istrinya penjual kue grosiran (sakingnya banyaknya) yang walaupun cerewet tapi baik nya ampun ampunan..

Ibu bhayangkari yang kaya dari jualan kue ini biasa kami panggil mamak. Ada juga beberapa yang manggil Mami. Dirumah ini setiap weekend selalu rame. Ada 6 sampai 20 orang yang selalu nginap di rumah ini. Dari 66 orang SM3T asal Riau dan Kalimantan, 80 % nya pernah menginap disini. Semua biaya makan mamak rais yang tanggung. Subhanallah… semoga Allah memurahkan rezki keluarga Pak Rais. Amin..

04 Januari 2015

Roller Coaster in 2014

1/04/2015 11:25:00 AM 4 Comments

Tahun 2014 itu ibarat naik roller coaster buat aku. Dari susah, senang, semua lengkap di tahun ini. Tapi kebanyakan senengnya sih kayaknya. Banyak impian-impian yang akhirnya bisa di rangkul. Banyal hal-hal baru yang aku dapat di tahun ini. Beberapa moment bakal aku certain disini. Here we go..

Setelah wisuda bulan oktober 2013. Aku sempat jadi pengangguran kurang lebih 1 bulan. Jadi pengguran ternyata asik juga, asal jangan kelamaan. Hehehe.. cerita-cerita semasa pengangguran aku ngapan aja, baca aja disini dan disini.

Jadi wartawan

Bulan Januari 2014 aku di terima di salah satu media local riau. Koran harian ini belum terlalu terkenal karena baru aja 2 tahun berdiri. Dialah HARIAN DETIL. Lini dari HARIAN VOKAL yang udah lumayan banyak di baca di Riau. Di HARIAN DETIL ini aku kebagian tugas jadi reporter untuk halaman ekonomi bisnis. Namanya juga halaman bisnis, isi beritanya tetang dunia perbisnisan di Riau. Misalnya Honda baru launching produk baru, atau Hotel mewah menawarkan promo menginap murah, termasuk juga berita ekonomi makro dan mikro, semisal harga sembako naik dll.  Aku yang awalnya buta banget soal nulis berita, jadi terbantu banget sama Korlap (Koordinator Lapangan) Pak Ical yang baik dan pengertiannya luar biasa. Ada juga pak Budi, reporter senior halaman bisnis yang banyak ngajarin aku cara nulis berita untuk halaman bisnis dan cara ngelobi orang-orang penting yang bersangkutan dengan berita. Ada juga kak Adek (hadohh.. lupa nama aslinya) yang aku buntutin berhari-hari buat belajar cara ngeliput berita di lapangan. Ternyata melelahkan dan tentu saja MENDEBARKAN! Yag kepo baca aja ceritanya di postingan A Journalist Wanna be part #1, PART #2, PART #3 dan PART #4

Selama hampir 2 bulan jadi wartawan aku banyak banget dapet pengalaman baru, ternyata jadi wartawan itu selain capek ngebuntutin orang penting kemana-mana, ternyata asyik banget! Selama jadi wartawan itulah aku bisa di undang kemana-mana sama brand yang lagi promoin barangnya, ngarep beritanya masuk di Koran gitu. Lumayan cuma modal uang saku untuk wartawannya dan makan mewah gratis. Dalam seminggu itu ada banyak iven, dan rata-rata mengundang wartawan halaman ekonomi bisnis koran-koran yang ada di Pekanbaru. Jadi banyak kenal wartawan-wartawan senior dan banyak belajar dari semangat juang (mencari berita) mereka.

selama jadi wartawan juga aku jadi bisa nonton konser gratis, bahkan ikut press con nya (ya iyalah, elu kan wartawan!) yang kalo dibayar itu hamper 1 juta Cuma buat nontonin idolanya cuap-cuap di depan dan foto-foto.

Karna punya  kartu pers, aku bisa ikut meet and greet nya COBOY JUNIOR di hotel Grand Elite Pekanbaru. Pengalaman pertama ikut presscon dan meet and greet sama artis. Tapi karena aku nggak begitu suka ama anak-anak SMP yang jadi boyband itu, aku nggak terlalu autis untuk ikut mengantri foto-foto yang nomor antriannya hamper 500an. Gilak. Mana fans nya rata-rata anak-anak SMP labil yang dkit-dikit teriak, dikit-dikit nangis. Persis orang gila..

Coboy Junior meet and greet at ballroom Grand Central Hotel Pekanbaru
yang kepo ceritanya, baca aja DISINI

1 minggu kemudian, ada konser afgan di hotel Arya Duta Pekanbaru. Aku udah antusias banget, karena aku udah ke PD an, pasti aku yang bakal di utus dari kantor untuk ngeliput itu. Wartawan bisnis di kantor Cuma 2 orang, aku dan pak Budi. Kalau pak Budi kan udah sering ngeliput konser, pasti males dan udah bosen. Jadi aku udah exited banget bakal ikut presscon nya si ganteng Afgan.  Sayang beribu sayang, H-1 konser, ada insiden di kantor. Dan aku nggak jadi ngeliput konser Afgan. Huaaaa… sakitnya tuh disinii..

Banyak perjuangan selama jadi wartawan. 1 hari itu semuanya penuh perjuangan, bayangin aja aku pernnah nunggu hamper 5 jam buat ketemu GM Pertamina wilayah Riau buat wawancara masalah kenaikan gas yang waktu itu harganya mendadak melambung tinggi. Pernah juga di usir narasumber (orang cina) karena nggak mau di wawancara. Belum lagi waktu ngeliput harga emas, aku harus kelilingi toko emas di sekitaran pasar ramayan buat survey harga. Baca cerita lengkapnya diSINI. Capek, deg-degan, tapi seruu…! This is amazing moment.

Akhirnya Aku Jadi Guru Betulan   

Belum kelar tugas aku jadi reporter, belum puas aku keliling-keliling Pekanbaru tiap hari buat nyari berita, belum kesampean impian ngeliput keluar negri.. eh.. aku udah harus ninggalin kantor DETIL yang penuh perjuangan dan suka duka untuk kembali ke habitatku. JADI GURU SD. Karena memang dengan berat hati ku akui, aku adalah alumni PGSD UR, konsentrasi Matematika yanga sepatutnya jadi guru di SD. Karena lamaran yang aku masukkan selama jadi pengagguran, aku di panggil unuk tes. Setelah melewati beberapa tes, berupa tes wawancara keislaman, wawancara pake bahasa inggris mengenai manajemen kelas, tes computer (mic exel) , dan tes hafalan al-qur’an, tahfiz (Juz 30) dan tahsin, akhirnya aku di terima jadi guru di SD AN NAMIROH 3. SD swasta yang cukup bergengsi di Pekanbaru. Karna sudah memiliki puluhan cabang dari PAUD, TK, SD sampai SMP.

Jadi guru di sini punya kesulitan yang beda banget dengan mengajar di SD Negeri. Kalau di SD negri mungkin anaknya nakal-nakal, nah di sini aku harus menghadapi anak-anak yang manjanya ruarr biasa. Maklumlah, rata-rata murd di sekolah ini dari orang berada yang biasa di manja di rumah. Guru harus memperhatikan makan siangnya habis atau tidak, melaporkan perkembangan hariannya pada orangtua, dll. Pokoknya full servis, baik ke anak mau pun orangtua. Selama 9 bulan aku jadi guru disini, HP selalu rempong. Bunyi mulu karna selalu ada aja telpon dari walai murid yang kadanag nggak penting. Kalau di SD negeri biasanya menghadapi anak yang dekil-dekil setelah bermain di lapangan, di SD Swasta ini anaknya cantik-cantik dan wangi. Nggak ada yang bau keringat kareana mereka main d koridor sekolah yang tertutup, dan juga setiap kelas dilengkapi 2 buah AC yang bikin belajar jadi nyaman.

Enaknya ngajar disini juga banyak, membuataku jadi lebih mengeksplor kemampuanku sebagai guru SD. Karna ada tuntutan dari yayasan gurunya harus perfect, bahkan   Nggak bisa asal-aslan kasi materi, harus perfect dan anak-anak harus mengerti bagaianapun caranya. Guru disini kadang d sibukkan membuat media atau power point untuk di tunjukkan di depan siswa supaya belajar jadi lebih menarik.

Selain itu  Ada bayak kegiatan-kegiatan di sekolah ini yang menanbah ilu dan wawasan setiap guru. Setiap juaam’at siang guru harus belajar computer bahasa inggris, bahasa araab dan hafalan qur’aan. Luar biasa bukan?

murid-muridku yang cantikcantik, ganteng-ganteng, imut dan pinter2. I Miss you all my student

Be a part time announcer

Keinginan melanjutkan narsis di udara akhirnya kesampean. Sambil ngajar hari senin-jum’at. Hari sabtu dan minggu aku siaran di Radio Robbani 91,6 FM. Salah satu stasiun Radio Islami yang lumayan terkenal di antara orang-orang beriman. Hihihi..  

ruang siaran Radio Robbani 91,6 FM
dapat kunungan kerja dari AL-Madani FISIP UR
Kru Radio Robbani dan pendengar setia yang berkunjung ke studio. #Mayan, cemilan gretong cyinn

Terbang ke Papua

Nah yang terakhir ini yang paling amazing moment banget deh. Aku nggak pernah bercita-cita ke papua, bahkan buat jalan-jalan pun nggak pernah terbayangkan. Ternyata takdir menyuratkan aku harus stay selama satu tahun di Papua. Wow…

Kalau keinginan untuk ikut program SM3T sih udah dari lama aku bayangin tapi nggak serius dan itu Cuma impian sekilas kalau rencana-rencana lain setelah lulus nggak kesampean. Ikut SM3T ini Cuma PLAN B. pelarian dari target-target lain. Tapi Alhamdulillah banget, puji syukur, impian aku yang lain kesampean, yang ini juga berjalan. Alhamdulillah ala ku lli hal ya Allah.

Nggak terbayangkan sebelumnya aku bakal tinggal dengan orang-aorang yang terbelakang di papua. Emak-emak yang dengan santainya telanjang dada di mana-mana, duduk satu angkot di sebelah Bapak-bapak yang toples Cuma pake koteka doang. Hadeuhhh…

Belum lagi perjuangan hidup harus jalan kaki kemana-mana karna nggak ada transport. Bayangin aja, kalau mau ke kota untuk belanja kebutuhan sehari-hari (di desaku nggak ada warung), aku harus turun gunung jalan kaki sekitar 20 menit. Biasanya kalau turun ke kota aku nggak mengeluh, karna hati riang gembira karna mau shopping di kota dan bisa makan enak. Yang biasanya bikin ngos-ngosan itu pulangnya, karna harus naik gunung yang kemiringannya sekitar 45 derajat. Mendaki gunung, dengan tas ransel berat dan tentengan barang belanja untuk kebutuhan seminggu. Sakitnya tuh disinii…. #nunjuk bahu

Oa, amazing moment sebelum nyampe papua ini adalah persiapannya.

Sebelum terbang ke papua ini empognya luar biasa banget . Bayangin aja, H-2 Sebelum prakondisi aku masi kerja di SD Annamiroh. Sedangkan setelah prakondisi langsung berangkat ke papua. Packing barang untuk 1 tahun hidup di pedalaman papua itu nggak gampang. Mana bagasi di batasi nggak boleh lebih dari 15 kg. dapet bawa apa coba 15 kg doang… Pusing banget apa aja yang mau di bawa. Sibuk tanya sana-sini. Udah banyak list barang yang aku buat untuk di bawa. Tapi karna prepare nya cuma 1 hari, jadi banyak barang-barang penting yang nggak terbawa. Tapi untunglah over bagasiku jadi nggak banyak. Cuma lebih 7kg. itu pun gratis karena di akumulasikan dengan bagasi rombongan. Beda banget sama bawaannya si Hotma, partner ku dari Kalimantan yang over bagasinya 22kg. bayar sendiri lagi.. ajibb…

Kalau bepergian, tentu yang berat itu pasti perpisahannya. Berpisah dengan orangtua, adik-adik dan sahabat-sahabat di Pekanbaru tercintah. Sebelum pergi aku udah ngadain pamitan dengan keluarga besar dan beberapa meet up dengan sohib-sohib deket.  temen-temen kampusku, dengan anak-anak blogger dll. Dan tentu saja yang paling berat itu perpisahan dengan orangtua. Apalagi sebelumnya ortuku dengan keras nggak mengizinkan aku berangkat ke Papua tapi setelah aku berhasil nge brain wash ummiku akhirnya, Buya (Bapak.red) ngizinin juga dengan berat hati.

Di hari keberangkatan itu, jam 3 udah harus ngumpul di bandara karena ada dokumen dari LPTK yang harus kami tanda tangani. Sedangkan aku jam 1 siang masi berkeliaran keliling mall nyari kamera pocket. Karna aku pikir kalau bawa SLR pasti rempong banget, berat dan harus di atur-atur dulu, takut nggak dapet momen nya karena kelamaaan ngeluarin SLR dari tas. Begitu juga laptop. Karena laptop ku yang lama itu Compac yang lumayan berat, aku mau beli notebook aja yang lebih simple dan ringan untuk di bawa bepergian. Akhirnya hari itu aku dapet notebook baru warna ungu, dan camera digital warna ungu, dan tas ransel warna ungu. Semua ungu.. hihihi..

Jam 14.30 aku baru nyampe rumah dan taksi udah stand by di halaman. Nggak pake mandi, nggak pake bedakan. Aku langsung masuk taksi. SENDIRIAN. Aku jadi bingung.  Kok yang dirumah pada anteng aja. Nggak ada yang nganterin.

“Icha pergi aja dulu pake taksi, nanti ummi sama buya nyusul. Biar nggak ketinggalan rombongan.” Kata ummiku dengan polosnya.

Aku langsung nyesek, masak gue kebandara sedirian. Aku ini mau ke ujung Indonesia, buat setahun. Tapi orang serumah kayaknya nggak ada yang peduli. Akhirnya dengan suara gemetar menahan tangis, akau berhasil membujuk Buya untuk ikut dengan aku naik taksi. Padahal buyaku lagi nggak enak badan banget. Pusing berasa mau tumbang kalo berdiri lama-lama. Buyapun masuk taksi kayak ogah-ogahan gitu.

Tapi ketika supir taksi nanya tujuan. Buya langsug cerita panjang lebar, dengan bangganya menceritakan anak sulungnya bakalan ngajar di Papua. Dengan bangganya buyaku menceritakan proses tes dan prakonsidi yang di hadapi sebelum berangkat. Aku yang sibuk dengan HP mengetik SMS pamitan ke orang-orang terdekat diam-diam mendengarkan. Ternyata buya sudah bisa ikhlas dan bangga aku terbang ke papua.

Sampai ternyata om, tante dan sepupu-sepupu ikut mengantar. Satu mobil penuh. Belum lagi sahabat-sahabat terdekat di kampus dan di tempat kerja yang lari-larian ngejar aku d bandara (kayak film AADC gituh) ummi dan adik-adikpun menyusul. Sebelum check in aku di peluk dan di cium satu persatu sama mereka. Tumpah sudah air mata yang dari rumah aku tahan. Jaket SM3T yang aku pakai membentuk pulau-pulau bekas air mata. Buyaku yang jarang menangis berulang kali memelukku berurai air mata tanpa kata-kata. Ummi memelukku erat sambil berpesan menjaga sholat 5 waktu. Om dan tante juga mengantarkan doa. Pokoknya detik-detik keberangkatan itu penuh haru dan air mata.

Rombongan yang nganter di Bandara. ini belum semua loh.. :D

Sampai di ruang tunggu aku berusaha menahan tangis dan ikut berkumpul dan tertawa dengan rombongan. Ini adalah perjalan pertama aku dengan pesawat garuda. Secara garuda kan mahal tiketnya cyinn.. dan dengan noraknya aku foto-foto di pesawat dengan fasilitas lengkap ini. Menikmati perjalanan 5 jam di udara menuju Jayapura.

Dapet temen sebangku sama narsisnya. he is Fendy Thomas. alumni UPI

Sampai di papua tentu banyak pengalaman-pengalaman yang nggak bakal aku dapat kalau saja aku terus ada di zona nyamanku tinggal di Pekanbaru. Pengalamaan  kaget  ketika sampai di bandara Jayapura. Melihat di sekeliling orang-orang berkulit hitam, rambut keriting dengan muka seram. Belum lagi bau yanga menusuk hidung. Setelah sampai di wamena kami juga kaget dengan udara dingin siang bolong yang selalu 16 derajat. 2 hari di asrama  banyak yang tidak kuat mnyentuh air untuk mandi. Bibir  dan kulit pecah-pecah saking keringnya. Krim pelembab mendadak jadi barang yang paling di cari.

Ada banyak hal-hal baru yang aku alami di Papua. Sedikitpun aku tidak pernah menyesali kedatanganku ke sini. Justru bersyukur bisa tinggal dengan masyarakat papua yang bermuka seram tapi hatinya selembut sutra. Senang bisa melihat live pemandangan papua yang luar biasa indahnya. Sampai-sampai membuat airmataku tumpah karena melihat betapa indahnya lukisan Allah di tanah papua ini. (Baca ceritanya di postingan air mata pertama). Bersyukur bisa mengajar anak-anak di pedalaman yang kelas 6 nya saja belum bisa membaca. Entah apa yang mereka pelajari selama 6 tahun datang ke sekolah.

Les Khusus calistng di rumah. rameeeee nyaaaa.....
Itu dia sedikit cuplikan perjalananku di tahun 2014. Dari masih jadi wartawan, udah panggil untuk jadi guru di SD AN Namiroh. Masih jadi guru, harus pergi ke papua karena lulus tes SM3T. semuanya ibarat naik roller coaster. Semoga saja tugasku di sini di mudahkan dan semua target kerja tercapai. Amin..

 Quote abal-abal : “Kau tidak akan tau betapa indahnya dunia ketika kau tidak berani meninggalkan zona nyaman.”

Semoga lebih baik lagi


#postingan ini diikutsertakan dalam #liamartagiveaway ‘shareyour moment’.