01 September 2014

Air Mata Pertama (dan terakhir)


Exited, itulah perasaan yang bisa aku katakan ketika kami mulai keluar dari pusat kota wamena, menuju distrik-distrik yang sudah mulai jauh dari peradaban kota. Bus dari Dinas perhubungan mengantarkan rombongan kami memasuki kawasan pegunungan dan bukit. Kemana mata memandang hanya gunung, perkebunan dan beberapa onai yang terlihat. Suasana pengabdian mulai terasa

Bus mulai menurunkan penumpangnya satu persatu. Ada yang disambut sekolah yang kosong, ada yang disambut dengan wam (Babi) yang sedang merumput di halaman sekolah, ada juga yang beruntung di sambut semua murid di lapangan sekolah. Begitu bus kami memasuki gerbang sekolah, calon murid nya Aris (salah satu peserta SM3T dari Riau) langsung bersorak gembira menyambut kedatangan guru barunya. Senanganya mas Ariss… aku yang masih harus melanjutkan perjalanan tercengang melihat betapa sumringah senyum anak-anak ini menyambut gurunya. Di hiasi angka 11 yang mengalir indah dari hidung mereka. Ahahaha

Memasuki distrik Asotipo, aku makin berdebar, bukan rasa takut, bukan. Aku hanya terlalu exited dan tidak sabar melihat seperti apa calon murid-muridku nanti. Seperti apa tempat tinggalku selama satu tahun ke depan. Aku benar-benar tidak sabar melihatnya.


Bus mulai menanjak kaki gunung, tidak jauh dari SD sebelumnya, sampailah kami di SD YPPGI HITIGIMA. Disinilah aku akan mengabdi seama satu tahun ke depan. Bus menurunkan penumpang, bapak supir yang orang batak sudah 5 tahun tinggal di Paua ikut membantu menurunkan barang, juga bapak pengawas pendidikan rayon Asotipo ikut membantu kami menurunkan barang kami yang luar biasa banyak.


Aku dan Hotma (peserta SM3T asal Kalimantan) turun dari bus dengan memasang senyum yang tak habis-habis. Ku lihat sekilas beberapa calon muridku yang keluar dari kelas mengerubungi pagar sekolah ingin melihat guru barunya. Mereka berloncatan dan berpelukan kegirangan. Ya Allah, inikah calon murid-muridku?

Walauapun gurunya sudah berkalia-kali menyuruh mereka kembali ke kelas (karena saat kami datang masih dalam keadaan belajar), tapi mereka seperti menutup telinga. Semua sibuk membantu mengangkat barang kami, dan beberapa berusaha menyalami kami dengan malu-malu. Bahkan ada anak kecil yang ku taksir kelas 1 atau 2 SD, berusaha membaawakan ransel ku yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya. Kelapa sekolah yang saat itu juga turut menyambut kedatangn kami langsung mengambil alih tas itu. Ah anak-anak anak ini…


Bagai kerbau yang di cucuk hidungnyaa,kami langung di giring ke rumah yang bertuliskan RUANG PERPUSTAKAAN, tapi tak kulihat satu bukupun disitu. Ternyata rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal guru SM3T sebelumnya, kamar yang bertuliskan RUANG UKS dijadikan tempat tidur, dengan kasur yang harusnya adalah matras olahraga. Di ruangan ini cukup lengkap, ada lemarai 2 pintu, rak-rak (yang mungkin di niatkan untuk rak  buku), kompor, meja belajar, dan alat-alat daput yang cuku lengkap untuk dua orang.

Istri kepala sekolah sekaligus guru kelas 1 dan 2 datang bersalaman dan menciumi tangan kami. Begitu muliakah guru disini? Sampai seorang aibu beranak 5 harus dating tergopoh-gopoh dengan perutnya yang  sedang hamil besar mencium tanan kami anak gadis yanga merantau ini.

Barang pun di pindahkan ke rumah sebelah, rumah ini terbuat dari setengah batu dan beratap seng. Lantai ubin yang dilapisi karpet plastik. di dalam rumah juga sudah ada WC. Jadi Sudah sangat layak, aku bersyukur bisa tinggal di rumah seperti ini.

Kamar kami ternyata sudah di persiapkan, dengan gorden pink dan karpet pink. Betapa bersyukurnya aku.. langsung saja aku berterimakasih dan menyalami pak Yoel Wetipo S.Pd.k Yang aakn menjadi teman serumah kami setahun ke depan.

Dari jendela kamar kami, aku melihat barisan gunung dan perkebunan yang rapi. Disinilah air mataku meledak. Sudah berbaga macam cara aku ingin menahan, dari pura-pura mengaajak ngobrol si Hotma yanag sedang bongkar muat barang, sampai menghidupkan music dari HP ku, tapi tetap saja dua anak sungai itu mengalir dengan lincah melalui sela-sela kornea mata.


karena kamar kami cukup penuh dengan barang (padahal Cuma berdua,  barangnya hampir memenuhi isi kamar), aku persilahkan Hotma duluan yang bongkar koper dan perlengkapannya. Sedangkan aku menikati indahnya hamparan ciptaan tuhan yang ada di depan mata, aku duduk di pintu jendela dan air mata yang tak dapat ku tahan lagi menetes satu persatu…

entahlah.. entah atas perasaan apa aku harus menangis.  Entah rasa takut mulai menggelut, entah rasa rindu yang tiba-tiba muncul karena haru. Beru menyadari betapa jauhnya jarak antara aku dan orangatua ku. Betapa jauhnya jarak yang harus di tempuh ketika aku rindu masakan ummiku. Aku baru saja sadar, rasa nekatku telalu besar ketika memilih ikut program ini. Rasa penasaranku terlampau kuat untuk memijakkan kaki di tanah papua ini, tanpa memikirkan resiko jauh dari keluarga dan rasa kesepian yang saat ini sedang menjalari seluruh hatiku.

 Aku yang biasanya hidup dengan hiruk pikuk kota, dan kegiatan seabrek yang aku jalanai sehari-hari. Sekarang harus terkurung di antara bukit yang mengurungku dari keramaian. Jangankan motor, apalagi mobil, melihat manusia lewat saja jarang.

Satu hal yang aku syukuri, disini ada listrik PLN dan sinyal HP. Baik itu telkomsel maupun indosat. Jadi masih bisa tetap interaksi dngan dunia luar. Air mataku pun perlahan mulai berhenti tumpah. Aku memperhatikan Hotma, anak Universitas Mulawarman Kalimantan yang masih sibuk membongkar baranag-baranaganya.


“Ini barang-barang kamu semua Hotma? Berapa kilo over bagasinya kemaren?” tanyaku terperangah ketika  melihat banyaknya macam barang yang ia bawa. Mungkin barangku hanya sepertiga dari perlengkapannya.

“Iya, aku sudah lengkapi semua keperluan untuk setahun, barang-barang yang kira-kira tidak ada disini aku beli banyak. Kau Tanya apa, semua ada di koperku ini, Bah! Gampang lah itu, pakai aja nanti punyaku!”  dengan logat batak yang cukup menentramkan hatiku.

“Yah, sepertinya semua akan baik-baik sajaa. Amin ya Robb..” katakau dalam hati menutup tangisku sore ini.

Hari pertama di lokasi tugas.
Rumah Dinas Guru. SD YPPGI HITIGIMA.
Dsitrik Asotipo. Kota Wamena.
Kab. Jayawijaya. Prov. Papua
SD YPPGI HITIGIMA, DISTRIK ASOTIPO. WAMENA.  PAPUA



Halaman SD YPPGI HITIGIMA. WAMENA. PAPUA. Kemana memandang semuanya bukit.

*tunggu foto-foto lainnya dan cerita selanjutnya :)







11 komentar:

  1. Memunguti rampai kata di perjalanan juang, luar biasa! emosi saya cukup terbawa... tepuk jempol! prok3x jempol, jempol! kereeeen!!!

    BalasHapus
  2. Waaah... jadi ikut berkaca-kaca dan excited juga.. seorang Haritsah Salim yang tiap hari malang melintang di Kota Pekanbaru kini harus "terdampar" di Merauke sana.. tapi itu memang pilihan yang bijaksana kok kak. niat yang baik pasti akan mendapat akhir yang baik juga.. tadi sedikit ketawa waktu ada kata kelapa sekolah, harusnya kan kepala sekolah.. salah ketik dikit gak papa sih, tapi kalau kepala tertukar jadi kelapa jadi melawak.. btw penasaran tampang Kak Hotma itu kayak apa.. semoga di postingan selanjutnya ditampilkan penampakannya... #eh.. kaboeeeeerrr.... ampuni saya Kak Hotma *sambil sujud

    BalasHapus
  3. Kok aku juga ikut berkaca-kaca ya??!! Ahaha. Pasti nanti akan menemukan banyak hal yang menyenangkan, Risah. Update terus cerita dari Papua ya. #ngarep

    BalasHapus
  4. Keren :)
    Segitunya jadi guru di tempat yang sangat 'dalam', jauh dari keramaian :)
    Antusias banget sambutannya..

    Kayaknya bakalan asik banget kalo lo terus nyeritain pengalaman SM3T di Papua..

    Gue aja belum minat ikut begituan, mental gue belum sampai senekat itu satu tahun di tempat yang jauh untuk mengabdikan diri..

    Sukses ya disana.. Cerdaskan mereka, jangan sampai jadi kaya Novela.

    BalasHapus
  5. menantang dan salut, itu ekspresi saya saat ini. sukses selalu di Wamena Mbak. ati2 jaga diri, Insya Allah Tuhan melindungi selalu.

    BalasHapus
  6. Dan kakak jadi ingat saat pertama kali di tempat pengabdian. Hingga detik ini kerinduan terhadap siswa/i kakak belum juga sirna. Ingin kembali ke pengabdian.Apa yang Risah rasakan saat ini, begitulah yang kak rasakan dulu sewaktu awal disana. Namun perlahan, nanti satu tahun akan terasa singkat.

    BalasHapus
  7. Manfaatkan waktu disana sebaik mungkin dan seproduktif mungkin. Kita gak bakal tahu apakah nanti kita masih bisa ke sana lagi ato enggak (Mellow bgt sambil berharap bisa balik lagi ke Tiom)

    BalasHapus
  8. Beuh kayaknya enak ya view di kamar lo, gw liat di foto juga kayaknya sejuk tempatnya. Aish, pngen refreshing ke tempat2 yg sejuk getoh..

    BalasHapus
  9. Aihhhhhhh... Terharu baca komen kalian euyyy....
    Semoga deh bis tetp update blog ii :) tunggu yaaaaa

    BalasHapus
  10. Terima kasih atas berbagi pengalamannya mba,, :) tambah semangat untuk nantinya memilih ikut sm3t

    BalasHapus
  11. Tuhan. Air di mataku juga menggenang.

    Gak sengaja nemu cerita ini, mantap ibu guru, la uk.

    BalasHapus

setelah baca tapi nggak ninggalin komentar itu sayang banget. ayo dong dikomen. penulis ingin tau reaksi pembaca.. makasih buat yang udah komen :)